Esai Bahasa Indonesia & PPKN –Grazielle Angeline/XII MIPA 3/14

Perubahan perilaku masyarakat Indonesia menjadi hedonis, materialis, individualis yang mengganggu norma-norma masyarakat.

Perubahan sifat dan perilaku masyarakat Indonesia dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari diri individu itu sendiri, yang sering kali terjebak dalam keinginan untuk memiliki lebih, merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya, serta ingin selalu mencapai status sosial yang lebih tinggi. Sikap ini menyebabkan individu mudah merasa iri dengan orang lain, membandingkan diri mereka dengan orang yang lebih kaya atau lebih sukses, dan cenderung berusaha untuk meniru gaya hidup orang lain. Selain itu, keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitar mendorong mereka untuk membeli barang-barang yang tidak benar-benar diperlukan. Hal ini dapat terlihat dari kecenderungan orang untuk membeli barang-barang mewah atau mengikuti tren tertentu, bukan karena kebutuhan, melainkan untuk menunjukkan status atau citra sosial. Faktor eksternal juga memainkan peran penting dalam perubahan ini. Misalnya, masuknya budaya luar yang seringkali diterima tanpa seleksi, serta kemajuan teknologi yang membuat segala sesuatu lebih mudah diakses, turut mempercepat perubahan perilaku masyarakat. Perkembangan media sosial, yang menunjukkan kehidupan orang-orang kaya dan mewah, serta kemudahan membeli barang melalui online shop, mendorong masyarakat untuk mengejar gaya hidup yang serba konsumtif.

Budaya konsumtif, hedonis, materialis, dan individualis berkembang pesat di masyarakat Indonesia akibat pengaruh faktor internal dan eksternal yang bersinergi. Pada tingkat internal, keinginan untuk mendapatkan pengakuan atau status sosial yang lebih tinggi telah mendorong banyak orang untuk mengejar kehidupan yang lebih materialistis, bahkan dengan mengabaikan kebutuhan dasar mereka. Banyak orang yang rela mengeluarkan uang untuk membeli barang-barang mewah, seperti ponsel iPhone atau kendaraan mewah, meskipun kebutuhan hidup sehari-hari mereka masih belum sepenuhnya terpenuhi. Mereka lebih mengutamakan untuk terlihat kaya dan sukses di mata orang lain daripada memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti makanan atau tempat tinggal yang layak. Bahkan dalam beberapa kasus, orang-orang melakukan tindakan ekstrem, seperti menabung dalam jumlah besar atau bahkan terlibat dalam kejahatan demi memperoleh barang mewah ini. Hal ini menunjukkan betapa besar pengaruh budaya luar dan kemajuan teknologi terhadap perilaku konsumtif masyarakat. Dengan akses mudah ke media sosial, masyarakat lebih sering terpapar dengan kehidupan glamor yang ditampilkan oleh selebritas atau orang-orang berstatus tinggi, yang akhirnya mendorong mereka untuk mengikuti gaya hidup serupa. Pada tingkat eksternal, kemajuan teknologi yang memungkinkan akses mudah ke belanja online semakin memperburuk situasi. Masyarakat merasa bahwa mereka bisa membeli apa saja dengan mudah, tanpa perlu bertemu langsung dengan orang lain. Hal ini mengarah pada penurunan aktivitas sosial dan interaksi tatap muka, serta semakin merosotnya nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan dalam masyarakat. Dampak lainnya adalah munculnya budaya individualisme, di mana orang lebih memilih untuk berfokus pada kepentingan pribadi dan menganggap orang lain tidak selevel dengan diri mereka, bahkan cenderung mengabaikan kebutuhan sosial dan emosional orang lain.


Untuk mengatasi perubahan perilaku masyarakat ini, berbagai upaya perlu dilakukan, baik dari tingkat individu, masyarakat, maupun negara. Di tingkat individu, setiap orang harus mampu melakukan seleksi terhadap pertemanan dan lingkungan sosialnya, serta menjauhkan diri dari pengaruh negatif yang dapat mendorong gaya hidup konsumtif dan materialistis. Perlu ada kesadaran untuk bergaul dengan orang-orang yang memiliki pola pikir dan nilai-nilai yang lebih positif dan sehat. Di tingkat negara, pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam mengatur dan menyaring informasi yang masuk dari luar, terutama yang berkaitan dengan budaya dan gaya hidup yang dapat merusak norma-norma sosial masyarakat. Negara sebaiknya juga melakukan filtrasi terhadap konten-konten di internet yang dapat merusak moralitas dan tatanan kehidupan sosial. Selain itu, pemerintah dapat memberikan subsidi dalam bentuk kebutuhan primer, seperti pangan, pendidikan, atau kesehatan, bukan dalam bentuk uang tunai. Dengan demikian, masyarakat tidak akan menyalahgunakan subsidi tersebut untuk membeli barang-barang mewah yang tidak perlu. Jika langkah-langkah ini diambil dengan bijak, diharapkan masyarakat Indonesia dapat kembali mengutamakan nilai-nilai yang lebih berkelanjutan dan tidak terjebak dalam gaya hidup yang hanya mementingkan kemewahan dan status sosial.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *