Penggunaan Teknologi Dalam Pengolahan SDA
Perkembangan teknologi dalam pengolahan SDA sangat diperlukan untuk mendukung peningkatan efisiensi produksi barang. Teknologi dalam industri memungkinkan pengambilan bahan baku yang sulit dijangkau, seperti minyak di pantai lepas. Permasalahan ini bisa diatasi dengan menggunakan teknologi Floating Production Storage and Offloading (FPSO) untuk mengekstraksi dan mengolah produk minyak tersebut.
Implementasi teknologi di industri disebabkan oleh peningkatan permintaan SDA sebagai bahan baku untuk mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat. Proses ekstraksi sampai dengan finishing produk tentunya membutuhkan waktu yang lama, namun bisa dipersingkat dengan teknologi otomatisasi yang sudah banyak diterapkan di industri.
Proses industri tentunya tak luput dari limbah. Dampak yang ditimbulkan dari limbah ini dapat ditanggulangi dengan mesin yang dapat menyaring limbah sisa seperti CCS. Alat ini berfungsi untuk menangkap CO2 dari sisa hasil produksi lalu menyimpannya di bawah tanah, sehingga proses produksi SDA juga diimbangi dengan pelestarian lingkungan. Dengan demikian, teknologi memiliki dampak positif dalam pengelolaan SDA dengan meningkatkan efisiensi produksi serta mengurangi dampak negatif dari limbah.
Indikator tentang dampak dari implementasi teknologi pada pengolahan Sumber daya alam dijabarkan sebagai berikut:
- Efisiensi proses produksi: Proses otomatisasi dalam pabrik. Contohnya, pabrik makanan ringan dapat mempersingkat waktu yang diperlukan dalam proses pengemasan barang dan menekan biaya untuk gaji pegawai. Selain itu, kualitas barang akan terjaga tetap konsisten.
- Diversifikasi produk: Produk yang berbahan baku tambang seperti nikel tidak hanya digunakan sebagai bahan baku baja namun juga bisa digunakan sebagai baterai untuk kendaraan listrik.
- Peningkatan nilai barang: Minyak sawit dapat diolah menjadi produk seperti margarin dan kosmetik yang mempunyai nilai tinggi di pasar.
- Pelestarian lingkungan: Penggunaan teknologi mengimbangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh limbah produksi dengan memfilternya menggunakan peralatan seperti Water Treatment Plant (WTP) yang berfungsi untuk menghilangkan logam dan bahan kimia dari limbah cair pabrik.
Contoh pabrik yang menggunakan teknologi dalam proses produksinya adalah PT. Ceria Indotama Nugraha. Pabrik ini menggunakan teknologi smelting untuk mengubah nikel yang telah diekstraksi. Prosesnya meliputi persiapan bahan baku, pengeringan bahan, peleburan dengan suhu tinggi, serta diakhiri dengan proses penyempurnaan (refining). Proses ini dilakukan menggunakan alat Rectangular Rotary Kiln Furnace (REKF) yang memiliki suhu paling tinggi di antara pabrik lain di Indonesia sebesar 7,2 VNA. Hasil produksinya adalah feronikel dengan kadar nikel sebesar 22%. Limbah dari hasil produksinya ditangani dengan mesin Electrostatic Precipitator (ESP) untuk menangkap debu dari sisa gas produksi, serta WTP untuk membersihkan logam dan bahan kimia berbahaya lainnya dari limbah cair pabrik ini. Dengan demikian, teknologi tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi, tetapi juga berperan dalam mengelola limbah dan mendukung keberlanjutan lingkungan.
Meskipun teknologi seharusnya digunakan untuk tujuan positif dalam pengelolaan SDA, masih banyak pihak yang menyalahgunakannya demi kepentingan pribadi. Contohnya, penggunaan peledak secara sembarangan untuk menemukan tambang di bawah tanah. Tindakan ini tergolong eksploitasi karena dapat merusak habitat tanpa adanya upaya pemulihan lingkungan. Di sisi lain, terdapat teknologi seperti drone yang dapat digunakan untuk pemetaan dan survei wilayah. Dengan pemanfaatan teknologi yang tepat, risiko kerusakan lingkungan dapat diminimalkan. Sebagai masyarakat, kita perlu meningkatkan literasi teknologi dan berkontribusi dalam riset serta inovasi industri. Selain itu, edukasi kepada masyarakat sangat penting agar teknologi dapat digunakan secara bertanggung jawab demi keberlanjutan SDA di masa depan.
Leave a Reply